Proses Penciptaan Knowledge management pada organisasi

Posted by Frengklin Matatula in Knowledge Management on October 14th, 2010 |  No Comments »

Professor Nonaka menyatakan bahwa proses penciptaan knowledge organisasi terjadi karena adanya interaksi (konversi) antara tacit knowledge dan explicit knowledge, melalui proses sosialisasi , eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi

Saat ini, organisasi biasanya biasanya menggunakan media-media berikut ini sebagai sarana komunikasi antara-sumber daya manusia yang ada diorganisasi dan pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :

  1. Rapat secara berkala,
  2. Diskusi secara berkala
  3. Pertemuan Bulanan,
  4. Intranet
  5. Surat Edaran/ surat keputusan
  6. Papan pengumuman
  7. Internet/ media massa

Untuk mendukung proses aktivitas dan pengembangan sumber daya disuatu organisasi yang merupakan perwujudan dari model SECI (socialization, externalization, combinasion, internalization) Nonaka, digunakan perangkat teknologi informasi yang ada di organisasi.

  • Sosialisasi

Proses sosialisasi antara SDM di organisasi salah satunya dilakukan melalui pertemuan tatap muka (rapat,diskusi, dan pertemuan bulanan). Melalui tatap muka ini, SDM dapat saling berbagi knowledge dan pengalaman yang dimiliki sehingga tercipta knowledge baru bagi mereka. Rapat dan diskusi yang dilakukan secara berkala harus memiliki notulen rapat. Notulen rapat kemudian bentuk eksplisit (dokumentasi) dari knowledge

Didalam system knowledge management yang akan dikembangkan, fitur-fitur collaboration, seperti email, diskusi elektronik, komunikasi praktis (communities of practice) memungkinkan pertukaran tacit knowledge ( informasi, pengalaman, dan keahlian) yang dimiliki seorang sehingga organisasi semakin mampu belajar serta melahirkan ide-ide mendorong penggunaan intranet dan e-mail kepada seluruh karyawannya. Hal baik untuk dilakukan karena bermanfaat untuk meningkatkan koordinasi, mempercepat proses aktivitas dan menumbuhkan budaya belajar.

  • Eksternalisasi

System knowledge management akan sengat membantu proses eksternalisasi ini yaitu  proses untuk mengartikulasi tacit knowledge menjadi  suatu konsep yang jelas. Dukungan terhadap proses eksternalisasi ini, dapat diberikan dengan mendokumentasi notulen (rapat bentuk eksplisit dari knowledge yang tercipta saat diadakannya pertemuan) didalam bentuk elektronik untuk kemudian dapat dipublikasikan kepada mereka yang berkepentingan.

Organisasi telah mendatangkan beberapa expert untuk melakukan serangkaian kegiatan sesuai dengan bidang keahlian yang tidak dimiliki oleh  organisasi. Dengan mendatangkan expert, akan terdapat knowledge baru dalam organisasi yang dapat dipelajari, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan knowledge/ kopetensi sumber daya manusia. Untuk  itu, semua tacit knowledge yang diperoleh dari expert dan hasil pekerjaan expert yang antara lain berwujud konsep-konsep, system serta prosedur, manual, laporan pelaksanaan uraian pekerjaan, dan sebagainya harus didokumentasikan untuk kemudian dimanfaatkan oleh organisasi dalam menjalankan tigas pokok dan fungsinya.

Diskusi yang dilakukan secara elektonik juga dapat mendukung proses ini. Hasil dari diskusi tersebut didokumentasikan dan disimpan dalam suatu repository serta dapat dipublikasikan melalui system informasi yang ada di organisasi.

  • Kombinasi

Proses kombinasi knowledge melalui kombinasi adalah mengombinasikan berbagai explicit knowledge yang berbeda untuk disusun kedalam system knowledge management. Media untuk proses ini dapat melalui intranet (forum diskusi),database organisasi dan internet untuk memperoleh sumber eksternal. Fitur-fitur enterprice portal seperti knowledge organisasi system yang memiliki fungsi untuk mengategorikan informasi (taksonomi) pencarian dan sebagainya sangat membantu daalam proses ini. Business Intelligence sebagai fungsi penganalisis data secara matematis dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Data yang tersimpan dalam system(data warehouse) dianalisis terutama untuk analisis data kondisi daerah, keuangan, operational, serta yang bersifata strategis, seperti pembuatan indicator-indikator kinerja. Demikian pula content management yang memiliki fungsi untuk mengelola informasi organisasi baik yang terstruktur (database) maupun yang tidak terstruktur (dokumen, laporan, notulen) dapat mendukung proses kombinasi ini.

  • Internalisasi

Semua dokumen data, informasi dan knowledge yag sudah didokumtasikan dapat dibaca oleh orang lain. Pada proses inilah terjadi peningkatan knowledge sumber daya manusia. Sumber-sumber explicit knowledge dapat diperoleh melalui media internet(database organisasi), surat edaran/surat keputusan, papan pengumuman dan internet serta media massa sebagai sumber eksternal.  Untuk dapat mendukung proses ini, system perlu memiliki alat bantu pencarian dan pengambilan keputusan. Content management, selain mendukung proses kombinasi, juga dapat memfasilitasi proses internalisasi. Pemicu untuk proses ini adalah penerapan “learning by doing” fitur-fitur yang terdapat pada fungsi learning akan sangat membantu terlaksananya proses ini.selain itu, pendidikan dan pelatihan (training)dapat mengubah berbagai pelajaran tertulis(eksplisit knowledge) menjadi tacit knowledge para karyawan.

Penerapan knowledge management ini, tidak hanya didukung oleh SDM yang berkualitas (memiliki informasi, pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan)dan teknologi informasi yang tepat guna, tetapi juga budaya berbagai knowledge.

sumber : Bambang setiarso, Nazir Harjanto, Triyono, Hendro Subagyo “penerapan Knowledge Management Pada Organisasi”, 2009

LAPORAN INTELLECTUAL CAPITAL YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN

Posted by Frengklin Matatula in Intellectual Capital Management on October 13th, 2010 |  No Comments »

Perusahaan-perusahaan melakukan pelaporan Intellectual Capital karena berbagai alasan. Lima alasan perusahaan-perusahaan melaporkan Intellectual Capital adalah :

1)      Pelaporan Intellectual Capital dapat membantu organisasi merumuskan strategi bisnis. Dengan mengidentifikasi dan mengembangkan Intellectual Capital suatu organisasi untuk mendapatkan competitive advantage.

2)      Pelaporan Intellectual Capital dapat membawa pada pengembangan indikator-indikator kunci prestasi perusahaan yang akan membantu mengevaluasi hasil-hasil pencapaian strategi.

3)      Pelaporan Intellectual capital dapat membantu mengevaluasi merger dan akuisisi perusahaan, khususnya untuk menentukan harga yang dibayar oleh perusahaan pengakuisisi.

4)      Menggunakan pelaporan Intellectual Capital nonfinancial dapat dihubungkan dengan rencana intensif dan kompensasi perusahaan. Alasan pertama sampai dengan keempat, merupakan alasan internal dari perusahaan dalam melaporkan Intellectual Capital.

5)      Alasan ini merupakan alasan eksternal perusahaan yaitu mengkomunikasikan pada stakeholder eksternal tentang Intellectual Property yang dimiliki perusahaan.

Daniel Andiersen mengajukan daftar yang lebih pendek mengenai alasan-alasan perusahaan melaporkan Intellectual Capital yaitu untuk meningkatkan manajemen perusahaan, untuk meningkatkan pelaporan eksternal dan untuk memenuhi faktor-faktor perundang-undangan dan transaksi. Sumber-sumber intangible perlu untuk dikelola dengan perhatian yang lebih. Pengelolaan yang efektif dari Intellectual Property juga dapat membantu mengukur Intellectual Property. Pengukuran Intellectual Capital yang baik akan melengkapi pengukuran secara financial, memberikan feedback mekanisme dari tindakan-tindakan, memberikan informasi untuk mengembangkan strategi-strategi baru.

Meningkatkan pelaporan eksternal mengenai Intellectual Capital dapat dengan cara (Andiersen dalam Holmen, 2005) :

1 Menghapus perbedaan antara book value dengan market value,

2 Menyediakan informasi yang meningkat tentang “real value” dari organisasi,

3 Mengurangi asimetri informasi,

4 meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan model pelaporan dengan melakukan penilaian pada intangible asset

5 Meningkatkan reputasi organisasi.

berikut ini dapat dilihat bagaimana human capital berperan sebagai balok pembangun organizational capital perusahaan. Kolaborasi antara human capital dan organizational capital ini akan menghasilkan costumer capital yang sukses. Pada pusat dari ketiga bentuk intellectual capital tersebut terdapat finacial capital atau value yang dihasilkan oleh intraksi dari ketiga komponen tesebut. Interaksi tersebut adalah interaksi yang dinamis, terus menerus, dan luas, sehingga semakin meningkat interaksi ketiga komponen, semakin besar nilai yang dihasilkan

Hal yang selalu menjadi pertanyaan adalah dapatkah intellectual capital disebut aset? Berdasarkan penelitian yang disebutkan bahwa karakteristik suatu aset adalah probable future economic benefits obtained orcontroled by particular entity as a result of past transaction or events bahwa aktiva merupakan kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang didapatkan dan dikontrol oleh entitas sebagai hasil peristiwa atau transaksi masa lampau maka penulis berkesimpulan bahwa pada intinya suatu aktiva merupakan manfaat ekonomik dimasa yang akan datang, yang dapat dikuasai atau dikendalikan oleh perusahaan dan berasal dari transaksi masa lalu.

Sifat-sifat dasar aktiva berikut ini akan dijelaskan dalam hubungannya dengan intellectual capital, yaitu:

  1. Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan sehubungan dengan pengembangan komponen utama intellectual capital berupa human capital, structural capital dan costumer capital, akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang, yang selanjutnya akan menunjang going concern dan demi tercapainya tujuan (goal achievment) perusahaan.
  2. Intellectual capital tidak dimiliki oleh perusahaan sepenuhnya, karena apa yang dimiliki oleh perusahaan adalah potensi yang ada di dalam ketiga komponen utama intellectual capital.

3   Human capital, structural capital, dan costumer capital merupakan hasil dari transaksi masa   lalu yang dilakukan oleh perusahaan. (Koenig 2000) menyebutkan bahwa:

What is striking of course is that most of the classic business book-value assets, (physical plant, raw material, inventory, etc.) appear under the phrase “complementary assets”. The implication is clear, that intellectual capital is the core asset. This represents not just a new emphasis on intellectual capital, but a complete sea change in how we think about assets – indeed how we think about the very essence of a corporation.

Melalui pernyataan Koenig diatas, pemahaman kita atas sebuah aset harus diubah. Dengan mendukung adanya perlakuan intellectual capital sebagai core asset yang menjadi salah satu faktor ekonomi dari sebuah produksi disamping faktor tradisional seperti tanah, modal keuangan, dan modal fisik lainnya. Namun, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kita bisa berpendapat bahwa intellectual capital hanya dapat dianggap sebagai aset dan belum dapat diperlakukan sebagai aset seperti aset-aset lainnya yang dapat diukur dan dilaporkan dalan laporan keuangan perusahaan karena sulitnya pengukuran terhadap aset ini.

PENGEMBANGAN PENGUKURAN INTELLECTUAL CAPITAL STRATEGY

Posted by Frengklin Matatula in Intellectual Capital Management on October 13th, 2010 |  No Comments »

intellectual capital masih menjadi dilema bagi para praktisi akuntansi maupun menajer perusahaan. Namun tidak dapat dipungkiri masalah baru akan muncul jika pengukuran terhadap intellectual capital perusahaan tidak dilakukan. Hal yang akan terjadi adalah adanya missallocation dan perbedaan informasi antara pihak perusahaan dengan investor.

Ada banyak konsep pengukuran intellectual capital yang dikembangkan oleh para peneliti saat ini, jika ditelaah lebih jauh maka metode yang dikembangkan tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu: pengukuran non monetary (non financial) dan pengukuran monetary (financial). Saat ini cukup banyak perusahaan yang menggunakan ukuran financial dalam menilai kinerja perusahaan. Sementara itu (Thornburg 1994) mengutip pendapat Edvinsson menyatakan bahwa:

Non financial measures that help a company determine direction and predict success might include the number of costumers the company has, the number of ideas customer bring to the company and how they are developed, the number of software packages compared to the number of employees, how many people are tied into the internet system, how much networking is done between customers and employees, and similar measures that show the relationship between human, customer and structural capital.

Menguraikan beberapa keunggulan menggunakan pengukuran non moneter dalam mengukur intangible assets perusahaan. Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Pengukuran secara non moneter akan mudah untuk menunjukkan unsur-unsur yang membangun intellectual capital dalam perusahaan, sedangkan secara moneter hal itu akan sulit dilakukan.
  • Pengaruh internal development dalam pembentukan intellectual capital tidak dapat diukur dengan pengukuran atribut moneter.
  • Pengkapitalisasian biaya menjadi asset akan mengakibatkan adanya manipulasi terhadap laba.

Banyak peneliti luar negeri yang telah melakukan penelitian dalam pengukuran intellectual capital, baik secara literatur maupun penerapan langsung pada perusahaan. Diawali tahun 1992, Arthur Andersen melaksanakan riset terhadap penilaian asset tidak berwujud. Survey dilakukan pada sejumlah perusahaan di Inggris. Dari hasil survey tersebut Andersen memberikan beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai aktiva tidak berwujud perusahaan yaitu:

1. Market Based, yang meliputi nilai pasar yang dapat disamakan.

2. Economic Based, meliputi net cash flow/earnings, kontribusi brand, metode royalti.

3. Hybrid Based Model, meliputi pendekatan aset dan premium (PE).

Dengan mengacu pada pandangan yang diberikan oleh Commissioner Wallman disebutkan bahwa ada tiga metode yang dapat digunakan dalam bidang akuntansi guna mengukur dan melaporkan intellectual capital perusahaan. Ketiga metode ini dibagi kedalam dua kelompok pengukuran yaitu metode pengukuran secara langsung (direct intellectual capital method) dan tidak langsung (indirect method). Berikut ini adalah penjelasan dari kedua metode pengukuran tersebut.

1. Indirect Methods. Metode-metode yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

a. Metode yang menggunakan konsep Return On Asset (ROA)

Metode ini menghitung kelebihan return dari tangible assets milik perusahaan dan menganggapnya sebagai intangible assets untuk dihitung sebagai intellectual capital. Metode ini mudah untuk disajikan karena seluruh informasi telah tersedia dengan mudah pada laporan tahunan, dan dapat segera dibandingkan dengan rata-rata perusahaan sejenis. Kelemahannya adalah metode ini hanya mengukur intellectual capital perusahaan masa lalu karena masih mendasarkan pada historical cost, dan belum dapat diterapkan pada perusahaan baru.

b. Metode Market Capitalization Method (MCM) yang memerlukan penyesuaian atas inflasi dan replacement cost.

Metode ini melaporkan kelebihan kapitalisasi pasar perusahaan (yang dicerminkan dengan nilai pasar saham) atas stockholders equity (setelah disesuaikan dengan inflasi dan replacement cost) sebagai nilai intellectual capital. Salah satu metode yang terkenal adalah Tobin’s “Q”. Kelemahan dari metode ini adalah ketergantungan sepenuhnya pada pasar, dengan asumsi pasar efisien dan tidak disyaratkannya laporan keuangan yang telah disesuaikan terhadap inflasi.

2. Direct Intellectual Capital (DIC) Methods. Metode ini langsung menuju ke komponen intellectual capital. Variabel-variabel intellectual capital dikelompokkan dalam kategori, kemudian dibagi ke dalam komponen-komponen. Masing-masing

komponen diidentifikasikan dan diukur terpisah sebelum dikompilasi menjadi satu kelompok intellectual capital. Mengkasifikasikan intellectual capital menjadi empat kategori:

1. Market assets (misalnya merk, loyalitas konsumen)

2. Intellectual property assets (misalnya paten, rahasia dagang)

3. Human–centered assets (misalnya pendidikan, penguasaan pekerjaan)

4. Infrastructure assets (misalnya filosofi manajemen, budaya perusahaan)

Kuantifikasi komponen-komponen ini ke dalam unit moneter cukup sulit karena harus mencakup berbagai satuan yang berbeda, nilai mata uang, serta rasio-rasio lainnya. Salah satu cara yang mudah adalah menggunakan koefisien untuk komponen-komponen tersebut. Dimana dalam menghitung nilai mata uang digunakan koefisien “c”, “i” untuk mengukur komponen-komponen intellectual capital dalam rasio, dan nilai moneter dari intellectual capital ditetapkan dengan mengalikan “i” dan “c”.

Seiring dengan semakin banyak riset terhadap metode pengukuran intellectual capital, mencoba mengklasifikasikan 21 metode pengukuran yang ada kedalam empat kelompok besar. Keempat kelompok itu adalah sebagai berikut :

  1. Direct Intellectual Capital Methods (DIC). Estimasi nilai dolar dari aset tidak berwujud dilakukan dengan cara mengidentifikasi komponen-komponen yang bervariasi. Sekali komponen-komponen ini dapat diidentifikasikan, komponen-komponen tersebut langsung dapat dievaluasi baik secara individu maupun sebagai suatu koefisien agregat (aggregated coefficient).
  1. Market Capitalization Methods (MCM). Perhitungan terhadap perbedaan antara kapitalisasi pasar perusahaan dengan ekuitas pemegang sahamnya sebagai nilai dari intellectual capital atau intangible assets perusahaan.
  1. Return On Assets (ROA). Rata–rata laba sebelum pajak dalam suatu periode dibagi dengan nila aset berwujud. Hasil dari pembagian ini merupakan return on assets perusahaan yang dapat dibandingkan dengan rata-rata industri.
  1. Scorecards Methods (SC). Komponen–komponen dari aset tidak berwujud atau intellectual capital diidentifikasikan. Dan indikator-indikator yang ada dilaporkan dalam bentuk scorecards atau grafik. Metode Scorecard ini hampir sama dengan metode direct intellectual capital yang mengharapkan tidak ada estimasi yang dibuat dari nilai dolar asset tidak berwujud.

Metode-metode ini memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Metode – metode yang menawarkan penilaian dalam dolar seperti return on asset dan market capitalization method digunakan dalam situasi merger, akuisisi dan penilaian harga pasar saham. Metode ini dapat juga digunakan untuk membandingkan perusahaan yang berada dalam industri yang sama. Metode ini juga sangat tepat untuk mengilustrasikan nilai keuangan aset tidak berwujud. Kelemahan metode ini adalah pengubahan segala sesuatu kedalam nilai uang akan memberikan kedangkalan makna.

2. Manfaat direct intellectual capital dan metode scorecard adalah kemampuannya untuk menghasilkan gambaran yang lebih komprehensif dari kondisi kesehatan sebuah organisasi dari pada financial metrics, serta lebih mudah diterapkan pada setiap level organ

PERLUNYA INTELLECTUAL CAPITAL STRATEGY

Posted by Frengklin Matatula in Intellectual Capital Management on October 13th, 2010 |  No Comments »

Ada semakin bayak bukti bahwa driver value creation dalam lingkungan kompetitis modern terletak pada intellectual capital pada perusahaan, bukan modal fisik dan keuangan. Study yang telah dilakukan secara konsisten menemukan adanya kesenjangan yang signifikan antara nilai buku akuntasi organisasi dan nilai pasar mereka. Mengadopsi kerangka kerja formal untuk menfasilitasi pelaporan intellectual capital adalah cara bagi perusahaan untuk mengindentifikasi secara eksplisit, audit, dan mengelola sumber-sumber tidak berwujud dari value creation serta komunikasi yang baik secara internal maupun eksternal

Intellectual capital kini dirujuk sebagai faktor penyebab sukses yang penting dan karenanya akan semakin menjadi suatu pumpunan perhatian dalam kajian strategi organisasi dan strategi pembangunan. Penyimpulan seperti ini dibasiskan di atas temuan-temuan tentang kinerja organisasi-organisasi, khususnya organisasi-organisasi yang padat pengetahuan (knowledge-intensive organizations) (e.g. lihat Bounfour and Edvinsson 2005; Lonnqvist dan Mettanen). Namun, pengalaman-pengalaman pada aras mikro organisasi ini kini juga mulai ditransfer pada konteks kemasyarakatan atau pembangunan pada umumnya. Tema inilah yang diangkat oleh Bounfour dan Edvinsson dalam Intellectual Capital for Communities (2005).

Menyikapi mengapa intellectual capital didudukkan di tempat strategis dalam konteks kinerja atau kemajuan suatu organisasi atau masyarakat, mungkin pertama dapat kita rujuk dari fenomena pergeseran tipe masyarakat dari masyarakat industrialis dan jasa ke masyarakat pengetahuan. Drucker (1997, 2001) misalnya meramalkan datangnya dan sekaligus mendeskripsikan pergeseran ke arah era masyarakat pengetahuan (knowledge society) ini dalam bukunya Manajemen di Tengah Perubahan Besar. Dalam masyarakat tipe ini, pengetahuan, juga kapabilitas untuk belajar (learning capability), dan tindakan berinvestasi untuk maksud membangun basis-basis intelektual merupakan penggerak perubahan yang cepat dalam masyarakat dan karenanya manusia sebagai pekerja pengetahuan (knowledge worker) menjadi aktor utamanya. Vitalnya kedudukan pengetahuan dalam masyarakat baru ini telah disuarakan juga oleh Alfred Marshall dengan mengatakan bahwa pengetahuan adalah mesin produksi yang paling powerful (dalam Bontis 2005).

Konteks ’revolusi pengetahuan’ (Auber 2005) seperti itu, terjadi juga pergeseran model perekonomian ke arah ekonomi pengetahuan (knowledge economy) (Bounfour dan Edvinsson 2005, Aubert 2005) atau ekonomi pembelajaran (learning economy) (Lundvall 1996). Perekonomian yang ber- atau dicirikan pengetahuan memiliki tiga plus satu karakteristik kunci, yakni 1) riset dan pendidikan, 2) relasi ke pertumbuhan, dan 3) pembelajaran dan kapabilitas, serta 4) pentingnya perubahan, dominasi struktur yang (lebih) datar, dan modal sosial. Bank Dunia juga telah memulai program yang disebut sebagai Knowledge for Development untuk mendorong perkembangan negara-negara ke arah knowledge economy.

Kedua, pada tataran mikro perusahaan, tampaknya agak sulit untuk tidak menyertakan atau mengaitkan perkembangan ini di dalam konteks persaingan dan pencarian basis keunggulan kompetitif. Wacana kompetisi dan keunggulan bersaing mengalami pergeseran yang sangat signifikan dalam perkembangan kajian strategi bisnis dan pembangunan ekonomi. Mulanya dikenal teori keunggulan absolut dan keunggulan komparatif dalam konteks interaksi perdagangan atau perekonomian antar wilayah atau internasional. Kemudian muncul pemikiran brilian dari Michael Porter tentang keunggulan bersaing (competitive advantage) di era 1980an. Namun, pandangan Porter kemudian dianggap tidak mampu menjelaskan secara komprehensif fenomena keunggulan sebuah organisasi atau negara dari lainnya. Belakangan muncul aliran baru dalam analisis keunggulan bersaing yang dikenal dengan pendekatan berbasis sumber daya (resource-based view of the firm/RBV). Pandangan terakhir ini saya nilai sebagai yang relevan dalam konteks perekonomian yang kuat dicirikan oleh keunggulan pengetahuan (knowledge/learning economy) atau perekonomian yang mengandalkan aset-aset tak-wujud (intangible assets).

Fenomena kedua ini (konteks persaingan dan keunggulan bersaing) dapat dimengerti ketika setiap organisasi berupaya mencari strategi bersaing dan basis daya saing yang tepat untuk unggul. Konsep strategi itu sendiri, seperti didefinisikan Barney (2007), adalah berkaitan dengan teori sebuah organisasi tentang bagaimana ia berkinerja tinggi dan unggul di dalam bidang bisnisnya.

Dalam wacana pencarian cara untuk unggul (baca: strategi), maka terjadi pergeseran pandangan dalam memahami strategi. Jika pada model yang dikembangkan Porter atau disebut pendekatan organisasi industri/OI, strategi adalah semata soal pemosisian di pasar. maka kelompok RBV menilai bahwa nilai ekonomis dan keunggulan kompetitif sebuah organisasi ekonomi terletak pada kepemilikan dan pemanfaatan secara efektif sumber daya organisasi yang mampu menambah nilai (valuable), bersifat jarang dimiliki (rare/scarce/unique), sulit untuk ditiru (imperfectly immitable/hard to copy), dan tidak tergantikan oleh sumber daya lain (non-substitutable) (Barney 1991, 2001, 2007; Lewin and Phelan 1999; Wright, McMahan, dan McWilliams 1992). Oleh karena itu, strategi bersaing harus diletakkan pada upaya-upaya mencari, mendapatkan, mengembangkan, dan memertahankan sumber daya-sumber daya strategis. Dua sumber daya strategis yang dimaksud adalah manusia (modal manusia) dan organisasi(organizational capital). Dalam istilah yang berbeda, kita lalu dapat menyandingkannya dengan konsep intellectual capital.

Pada intinya, terjadi perubahan-perubahan signifikan dalam lingkungan sekitar organisasi yang kemudian telah mendorong makin relevannya pembicaraan mengenai intellectual capital. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat untuk membahas sejumlah hal di seputar konsep model intelektual ini untuk membangun pemahaman dan cara pandang terhadapnya, di samping untuk mendorong diskursus yang lebih jauh atasnya, termasuk untuk menstimulasi baik riset maupun formulasi strategi dan kebijakan yang relevan.

Dengan memuat beberapa hal. Pertama, mengingat konsep intellectual capital cenderung baru, maka perlu dicari makna/definisi yang cenderung dapat kita terima untuk memahamimnya dengan lebih baik. Kedua, sebagai sebuah konsep, maka intellectual capital tersusun atas sejumlah komponen pembentuk yang oleh karenanya perlu dipetakan apa saja komponen-komponen pembentuk yang dimaksud. Ketiga, jika intellectual capital merupakan faktor penentu kinerja dan keunggulan yang penting bagi organisasi dan masyarakat, maka salah satu persoalan vital yang muncul kemudian adalah bagaimana mengukurnya. Isu pengukuran intellectual capital masih merupakan wacana yang terus berkembang dan karenanya perlu diidentifikasi metode-metode pengukuran intellectual capital yang telah dikembangkan.

Mempercepat Proses Shutdown dan restart pada komputer

Posted by Frengklin Matatula in Information on September 25th, 2010 |  No Comments »

pertama kita klik START dikomputer kita dan cari  tulisan  RUN atau untuk mempermudah tekan lambang windows + huruf R maka otomatif akan masuk ke tampilan RUN setelah itu kita  mengetik REGEDIT lalu OK/ ENTER dan ikuti petunjuk dibawah ini

untuk shutdown caranya pilih
HKEY_LOCAL_MACHINE/SYSTEM/CurrentControlSet/Control
Klik ganda WaitToKillServiceTimeout dan ubah nilainya menjadi lebih rendah dari 2000.

untuk restart
Pada key :
HKEY_LOCAL_MACHINE | Software | Microsoft | Windoes NT | Current Version | Winlogon
Tambahkan string value EnableQuickReboot dan isi defautnya dengan 1

semoga bisa membantu mempercepat showdown dan restart di komputer anda

Faktor Sukses dalam Intellegent Enterprise

Posted by Frengklin Matatula in Knowledge Management on September 25th, 2010 |  No Comments »

Suatu persyaratan dasar untuk operasi cerdas adalah filosofi manajemen berlatih keyakinan bahwa orang akan bertindak secara bertanggung jawab ketika diberi kesempatan dan ketika pemahaman bahwa kepentingan mereka. Namun, perspektif ini harus diperkuat dengan kesadaran bahwa beberapa karyawan mungkin memiliki agenda pribadi yang sangat berbeda yang tidak dalam kepentingan perusahaan. Orang-orang ini harus dikelola secara berbeda. Juga, sebuah kelompok besar orang – beberapa laporan organisasi 40% – enggan untuk memikul tanggung jawab dan lebih suka bekerja dalam peran mendukung. Ini juga perlu diakui dan diperbolehkan untuk ketika tim kolaborasi yang terstruktur dan dievaluasi.

Namun, kebanyakan orang bersemangat untuk mengambil tanggung jawab yang lebih luas yang memungkinkan mereka untuk menggunakan fleksibilitas mereka, lebih fleksibel, dan menyesuaikan pekerjaan mereka untuk memfasilitasi situasi di tangan. Mereka sering melaporkan kepuasan kerja yang lebih besar dan rasa penghargaan pribadi sebagai hasilnya. Greater kepuasan pelanggan, biaya yang lebih rendah, mengurangi tingkat kesalahan, dan meningkatkan pencegahan dari kecelakaan dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan yang mendukung karyawan untuk membangun pengetahuan dan menerima tanggung jawab meningkat di bidang kompetensi. Lebih penting lagi, peningkatan inovasi yang menghasilkan pendekatan baru untuk strategi perusahaan, taktik, dan jasa yang signifikan dan menyebabkan peningkatan dalam model intelektual struktural
Namun, yang memungkinkan karyawan untuk bertindak secara bertanggung jawab ketika diberi kesempatan tidak cukup. Filosofi manajemen harus bekerja untuk mengubah budaya perusahaan, khususnya melalui praktik dan insentif. Kebudayaan harus diubah untuk menyetujui dan menumbuhkan perilaku baru. Mereka harus menjadi “cara hal-hal yang dilakukan di sini.” Untuk mencapai itu, empat faktor yang harus dipenuhi untuk memfasilitasi dan membina efektifitas karyawan yang diinginkan dan perilaku:

1. Pengetahuan dan Sumber Daya. Profesional, kerajinan, dan navigasi pengetahuan, informasi, dan sumber daya lain yang diperlukan harus dibuat tersedia bagi karyawan untuk memberikan produk kualitas pekerjaan yang memenuhi persyaratan situasi dan paradigma pelayanan umum. Karyawan juga harus memiliki keterampilan yang diperlukan dan sikap (yaitu, ciri-ciri kepribadian). Mereka harus didukung oleh kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan kreatif dengan yang disediakan dengan metaknowledge relevan.

2. Peluang. Karyawan harus ditempatkan dalam situasi di mana mereka memiliki kesempatan menggunakan kemampuan mereka. Alur kerja harus diorganisir untuk mengambil keuntungan dari kemampuan rakyat dan untuk memanfaatkan potensi untuk inovasi dan aplikasi keanekaragaman.

3. Izin. Karyawan harus disediakan lingkungan yang aman untuk melakukan pekerjaan mereka. Itu berarti bahwa mereka harus diberikan izin untuk berinovasi, berimprovisasi, dan “stretch” kebijakan perusahaan dan praktek di luar lingkup yang telah ditetapkan untuk melayani perusahaan – dan para pemangku kepentingan – kepentingan yang terbaik.

4. Motivasi. Karyawan harus termotivasi untuk bertindak cerdas – untuk melakukan hal yang benar – dengan yang diberikan dengan pemahaman dan penerimaan emosional tentang bagaimana itu akan menjadi nilai kepada para stakeholder, perusahaan, dan yang paling penting, untuk diri mereka sendiri. Faktor ini yang paling penting dan sulit untuk menyelenggarakan. Hal ini membutuhkan pendekatan komunikasi yang efektif dan aktif yang akan baru bagi kebanyakan.

INTELLIGENT ENTERPRICE

Posted by Frengklin Matatula in Knowledge Management on September 25th, 2010 |  No Comments »

Intelligent enterprise adalah sebuah organisasi yang bertindak secara efektif di masa sekarang dan mampu untuk menangani secara efektif dengan tantangan masa depan. Memenuhi tujuannya dengan menerapkan visi dan strategi melalui tindakan karyawan individu dan melalui sistem, kebijakan, dan struktur organisasi. Itu membuat trade-off antara, dan memenuhi tujuan baik dari perusahaan itu sendiri dan orang-orang dari para stakeholder. Tim manajemen usaha cerdas mengakui bahwa masih layak dalam jangka panjang, mereka harus mengakui bahwa mereka memiliki tanggung jawab yang luas. Ini melampaui perspektif operasi konvensional dan sempit untuk memasukkan keprihatinan bagi lingkungan, lokal dan ekonomi yang lebih besar,-masyarakat-besar, dan pemangku kepentingan lainnya yang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh tindakan perusahaan itu

Emapat Area dalam Intellingent Enterprice yang harus dilakukan

1. Hasilkan pekerjaan Terkait Deliverables Andal dan kompeten – Artinya, memenuhi harapan untuk pengiriman dari produk kerja dasar unit.

– Melakukan dan memberikan pekerjaan menguasai dan sesuai dengan tinggi profesional dan kerajinan standar dan kepentingan keseluruhan perusahaan.

– Pastikan bahwa kiriman konsisten adalah berkualitas tinggi.

– Pastikan bahwa kiriman konsisten adalah tepat waktu.

– Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa worktasks kompleks dan tak terduga yang

ditangani kompeten.

– Bertanggung jawab untuk “pekerjaan staf selesai.”

– Pastikan bahwa pengetahuan terbaik yang tersedia disesuaikan dengan situasi dan bahwa

diterapkan.

– Terapkan berpikir kritis.

2. Aman dan Meningkatkan Hubungan dan Pelanggan Internal Konteks – Artinya, memenuhi harapan untuk memelihara atau meningkatkan konteks dan hubungan dalam pekerjaan lingkungan, antara departemen yang berbeda dan entitas perusahaan, antara perusahaan dan pelanggan dan stakeholder lainnya.

– Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan dan persyaratan ketika enterprise memenuhi

maksud strategis.

– Mempertahankan dan meningkatkan pelanggan – konteks perusahaan.

– Kolaborasi, rekan kerja membantu, membangun hubungan yang positif, dan jaringan.

– Bantuan mengekang dan mengendalikan perilaku yang tidak tepat.

3. Melestarikan Enterprise Resource – Artinya, memenuhi harapan untuk menangani secara efisien dengan sumber daya perusahaan, termasuk waktu.

– Bekerja efektif – tepat sasaran, efisien, dan terlibat dalam pekerjaan.

– Gunakan kesempatan seperti waktu slack untuk meningkatkan lingkungan kerja, menangkap pengetahuan, menjalin kontak internal dan eksternal yang berharga, dan sebagainya.

– Gunakan setiap kesempatan untuk belajar, berbagi, dan pengetahuan embed – membangun intelektual modal.

4. Renew Enterprise Kemampuan – Artinya, memenuhi harapan untuk membantu dalam pembaruan perusahaan.

– Inovasi untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam proses kerja, lingkungan kerja, dan

semua bidang lainnya.

– Peluang Envision untuk, dan mengejar peningkatan produk dan layanan baru.

Tiga elemen utama dalam Intellectual Capital

Posted by Frengklin Matatula in Intellectual Capital Management on August 16th, 2010 |  No Comments »

Human Capital (modal manusia)

Structural Capital atau Organizational Capital (modal organisasi)

Relational Capital


Human Capital (modal manusia)

Human capital merupakan innovation dan improvement yang mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan.

v   Human capital juga akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya baik itu keterampilan dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Structural Capital atau Organizational Capital (modal organisasi)

Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan.

Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Relational Capital

Relational Capital merupakan hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya dan merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata.

Apa itu Balance Scorecard ?

Posted by Frengklin Matatula in Information on August 6th, 2010 |  1 Comment »

Defenisi Balance Scorecard (BSC)adalah : suatu alat manajement kinerja (performance management tool) yang dapat membantu organisasi untuk menerjemakan visi dan strategi kedalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indicator financial dan non financial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat. Dari defenisi tersebut, jelaslah bahwa BSC sangat berperan sebagai penerjemah atau pengubah (converter) visi dan strategi organisasi menjadi aksi. Karena itu, BSC tidak berhenti pada saat strategi selesai dibangun, tetapi terus memonitoring prses eksekusinya.

Balance Scorecard (BSC) pertama kali muncul pada tahun 1992, dalam artikel yang ditulis oleh Kaplan dan Norton di majalah Harvard Business Review edisi januari-februari 1992. Selanjutnya teory BSC telah berkembang dengan pesat dan pada tahun 1996 Kaplan dan Norton merevisi BSC yang telah mereka bangun itu. Disana munculan istilah Strategy Map (peta strategi). Peta Strategi ini kemudian dijelaskan secara lebih terperinci di tahun 2004, karena sedikit berbeda dengan BSC yang pertama kali muncul, perbedaan yang paling signifikn adalah bahwa BSC generasi kedua mempunyai hubungan sebab-akibat di antara berbagai sasaran strategi yang disebut dengan Strategy Map, selain terdapat perbedaan dari segi tata letak (layout) di antara keempat perspektif.

Selain itu, terdapat 3 pembaruan yang muncul sebagai akibat evolusi BSC tersebut yaitu :

– Focus ,Tujuan dan Bidang penerapan

Mengenai Focus : BSC generasi pertama berfokus pada pengukuran kinerja, sedangkan BSC generasi kedua berfokus pada manajemen. Manajemen disini mencangkup manajemen strategi, manajemen operasional, dan manajemen dibidang lainnya, dan tidak hanya manajemen kinerja semata

Mengenai Tujuan : BSC generasi pertama bertujuan untuk mengendalikan pelaksanaan strategi, sedangkan BSC generasi kedua menekankan Komunikasi Strategi. Komunikasi strategi menjadi hal penting disini karena hasil studi menunjukan banyaknya kegagalan ekseskusi dari strategi yang disebabkan oleh kurangnya komunikasi.

Mengenai Bidang Penerapan : BSC generasi pertama hanya ditujukan untuk sector swasta, sedangkan BSC generasi kedua lebih luas sampai juga menacakup sector public, dan penerapannya terbukti berhasil.

Pengertian “Balanced” dan “Scorecard”

Balanced berarti seimbang. Dengan demikian, BSC adalah alat manajemen untuk menjaga keseimbangan antara

– Indicator financial dan non-finansial

– Indicator kinerja masa lampau, masa kini dan masa depan

– Indikator internal dan eksternal

– Indicator yang bersifat leading (cause/Drivers) dan Lagging (Effect/Outcome)

Mengenai indicator financial dan non-finansial : umumnya organisasi, terutama perusahaan swasta, berorientasi pada profit.hal ini tidaklah salah, tetapi bagaimanapun perlu ada keseimbangan antara profit dan pencapaiannya dengan factor-faktor yang ada di luarnya.

Mengenai Indicator kinerja masa lampau, masa kini dan masa depan : pada kenyataannya laporan keuangan adalah indicator yang menilai kinerja organisasi dimasa lampau. Laporan keuangan itu tidak bisa dijadikan patokan tunggal untuk menentukan strategi dimasa mendatang.

Mengenai Indikator internal dan eksternal : keseimbangan dari factor-faktor internal dan eksternal berkaitan dengan hubungan sebab- akibat. Disini factor internal merupakan penyebab(input)dan outputnya berdampak pada factor eksternal. Karena saling berkaitan, kedua indicator ini harus dijaga keseimbangannya dan BSC memungkinkan hal itu

Mengenai Indicator yang bersifat leading (cause/Drivers) dan Lagging (Effect/Outcome) : kembali ke indicator internal dan eksternal diatas, BSC dapat menggambarkan hubungan sebab-akibat yang jelas. BSC memetakan “penyebab” yang mendorong terciptanya kinerja yang baik atau buruk seta “akibat” yang dapat ditimbulkan atau dihasilkan sari sebab-sebab tersebut.

Selanjutnya kata “Scorecard” secara harafiah dapat diterjemakan sebagai “kartu nilai”(bukan nilai kartu) atau rapot yang bisa kita kenal disekolah. Terjemahan bebas seperti ini cukup benar, karena BSC juga dapat dianggap sebagai sebuah kartu dimana didalamnya terdapat berbagai penilaian atas pencapaian kinerja dari setiap starategi yang telah dibangun.

Sumber :

Luis, Suwardi,B.Psy; Biromi,Prima A, step by step in cascading Balance Scorecard,. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007

Tunggal Amin W, Konsep dan kasus Balance Scorecard,. Harvarindo, 2009

Cara Chat di FB Tanpa Masuk Situs Facebook

Posted by Frengklin Matatula in Information on August 6th, 2010 |  2 Comments »


Trik Chat di Facebook tanpa Perlu Masuk kesitusnya, Maksudnya Anda Tidak Perlu repot-repot Masuk ke Facebook dulu baru bisa Chat,  anda hanya membutuhkan Software Chat gratis namanya Chit Chat For Facebook, dengan software ini anda bisa lebih puas untuk berchat ria,Media chat ini Mirip sekali dengan Yahoo Mesengger dengan emotion yang juga keren, Silahkan ikuti langkah-langkahnya  :

1. Download software Chat Facebook sekarang dialamat dibawah ini:

http://www.chitchat.org.uk/english/download/

# Setelah selesai Klik Save

# Mulai Instalasi

Instalasi akan mulai dijalankan secara otomatis. Jika Anda menyimpannya ke desktop Anda, mencari file instalasi program dan double-klik.

# Prosedur Instalasi
Setelah setup dimulai, cukup ikuti petunjuk pada layar untuk mengatur aplikasi dengan benar. Hanya tekan tombol “Next” untuk menerima pengaturan default.

# Demografi
Gunakan menu drop-down untuk memilih demografis yang tepat. Ini adalah anonim dan data tidak akan disimpan atau diberikan kepada pihak ketiga.

# Informasi Login
Masukkan Facebook ™ Email dan Password dan klik pada “Sign in” tombol.

# Pilih Teman
Pilih teman online dari daftar kontak dan double-klik namanya untuk membuka percakapan dengan orang ini.

# Mulai Chatting!
Selesai! Sekarang mulai chatting dengan teman-teman Anda

catatan:
jika situs http://www.chitchat.org.uk/english/download/
ini belum jalan brarti anda harus mendonwload software tambahan ini supaya mensuport situs di atas :
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/8643233/ChitChatForFacebook-RC1.exe.html tetapi jika situs diatas sudah jalan berarti tidak perlu download software tambahan, setelah itu ikuti petunjuk seperti diatas

selamat mencoba semoga sukses